Kisah Seorang Muslimah Memperjuangkan Wihara di Tanjung Balai


TANJUNG BALAI : Sebelum kerusuhan yang berujung pembakaran 8 tempat ibadah, wihara di kota Tanjung Balai. Kejadian berlatar belakang Suku, Agama, Ras dan Antargologan (SARA) juga pernah terjadi pada tahun 2001 di kota Tanjung Balai.
Menurut seorang tokoh masyarakat, Hajah Syahrani Harahap, pada tahun 2001 sekelompok orang berusaha menurunkan patung yang berada di Wihara Tri Ratna, Tanjung Balai.
Pada saat itu, dirinya, bersama tokoh masyarakat lainnya seperti Anton Medan juga melakukan upaya agar kelompok yang ingin menurunkan patung tersebut membatalkan aksinya.
Namun, upaya yang dilakukan wanita berhijab yang akrab disapa Bunda ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Alhasil, Syahrani pun beranjak ke Kantor Kementeritan Agama di Jakarta untuk mendapat pertolongan.
“Mereka (pihak wihara) minta bantuan ke Bunda, kita sikapi. Pemerintah setempat tidak mendukung, padahal pada pelatakan batu pertama wihara dilakukan pejabat pemerintah setempat. Awalnya harmonis, namun entah mengapa pada dua tahun kemudian (2001), ada kelompok yang ingin menurunkan patung tersebut. Kondisi memanas pada saat itu,” jelas Bunda kepada Janggo.
Pada saat massa ingin menurunkan patung tersebut. Dirinya bersama 6 orang lainnya termasuk, Anton Medan sempat dikepung ratusan orang.
“Kami 7 orang dikepung ratusan orang. Namun massa membatalkan menurunkan patung tersebut,” jelasnya lagi.
Untuk mengamankan situasi di kota Tanjung Balai terkait upaya penurunan patung tersebut. Bunda pun melakukan langkah untuk meminta bantuan ke Kementerian Agama di Jakarta.
“Saat itu, kami membentuk Aliansi Sumut Bersatu agar patung itu tidak diturunkan. Pada saat itu pejabat di Kementerian Agama juga heran dengan saya, kenapa mau memperjuangkan yang bukan satu aliran dengan saya. Lalu Menteri Agama memberikan jaminan rekomenadasi keamanan terhadap patung tersebut. konflik pun pada saat itu tidak terjadi lagi dan kondisi aman,” tutup Bunda.
Menanggapi kerusuhan yang terjadi pada Jumat malam 29 Juli kemarin. Menurutnya, itu perselisihan perorang yang harusnya tidak dibesarkan pihak tertentu.
“Itu aksi spontanitas, berawal dari adu mulut saya. Suami dari orang yang protes ke masjid itu juga sudah minta maaf. Harusnya nazir masjid melaporkan wanita tersebut saja,”
Pemberitaan sebelumnya, Sebanyak 8 tempat ibadah wihara yang berada di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara (Sumut) dirusak warga, Jumat malam (29/7/2016).
Perusakan itu diduga dipicu tersinggungnya sekelompok orang terhadap seorang warga berinisial M (41) yang protes terhadap kegiatan ibadah di masjid Almakshum yang berada di Jalan Karya, Tanjung Balai.
Tak berapa lama setelah aksi protes tersebut, kemudian nazir masjid mendatangi rumah M yang tak jauh dari masjid untuk membicarakan soal protes yang dilakukan M.
Namun, kelompok massa yang emosi kemudian hendak membakar rumah M. Emosi massa yang tak terbendung kemudian merusak dan membakar 9 tempat ibadah wihara di kota Tanjung Balai. Poker Online
Share on Google Plus
    Facebook Comment
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment